Untuk mencapai hidup lebih sehat, kebanyakan orang pasti akan menyebutkan nutrisi sebagai suatu hal yang wajib diperhatikan. And yes, of coz, pastinya! Tapi sebagai seorang Holistic Health Coach, saya selalu mengundang orang untuk melihat kesehatan secara luas, dimana banyak sekali aspek kehidupan lain yang mempengaruhi kita, bukan hanya nutrisi.
But today, let’s talk about nutrition a little bit.
Ketika ada yang bertanya “Gwen, just tell me what to eat already?!” . Pastinya saya bisa bantu dengan arahan makanan apa yang “baik". Dan saya yakin banget dengan adanya socmed, kebanyakan orang juga pasti sudah tahu the obvious answers, seperti perbanyak makan makanan plant based, kurangi konsumsi protein hewani, perbanyak makan whole foods (bahan pangan alami), fresh foods (makanan segar), real foods (terdekat dengan bentuk alaminya atau tidak di proses berlebihan).
But honestly, when it comes to nutrition, what you should be eating, jawabannya sangat personal (Surprise, surprise! Just like everything else in your life! It’s personal!)
Yang perlu diingat adalah bukan hanya “baik” atau “tidak baik”nya makanan, tetapi juga “cocok” atau “tidak cocok” nya makanan terhadap tubuh kita.
Dan kalau untuk yang satu ini, kita masih suka ngeyel. Bahkan mungkin tidak sadar sama sekali. Ada makanan yang tidak cocok sama kita, tetapi terus lanjut kita konsumsi, karena kita hanya tahu sebatas makanan ini jenis makanan sehat. Tetapi kalau ada reaksi yang tidak baik setiap kali setelah makan suatu makanan, ini adalah pertanda oleh tubuh kalau kita tidak cocok dengan makanan tersebut.
Kenapa tubuh kita memberikan reaksi? Ada banyak penyebabnya. Bisa jadi memang kita punya alergi atau kesensitifan terhadap suatu makanan, mungkin kita ada permasalah atau suatu ketidakseimbangan dalam sistem pencernaan kita yang tidak kita ketahui atau belum kita atasi, yang menyebabkan setiap kali kita makan makanan tersebut, tubuh kita bereaksi. Tubuh kita juga akan menambah permasalahan & mengalami inflamasi/peradangan setiap kita lanjut terus konsumsi makan makanan yang kita pikir “baik” untuk kita, padahal “tidak cocok” di dalam tubuh kita.
Nah, untuk orang-orang yang punya permasalah pencernaan, mungkin jenis makanan yang saat ini “tidak cocok” akan lebih banyak. Sebaiknya saat ini jangan dipaksakan dimakan kalau memang “tidak cocok” karena dengan kita memaksakan makan yang “tidak cocok” permasalah pencernaannya akan terus bertambah. Ini pertanda kita perlu tuntaskan dan atasi terlebih dahulu masalah pencernaannya, konsultasilah ke dokter atau ahli specialist gastroenterologist (GI). Seiring dengan kita memperbaiki masalah pencernaan kita, tingkat toleransi makanan pun akan semakin bertambah.
Ketika saya punya banyak masalah pencernaan, banyak sekali jenis makanan yang sempat saya hindari sementara karena memberikan reaksi yang tidak nyaman untuk tubuh saya (seperti diare, buang angin, kembung, jerawatan, dll.), seperti grains (beras, quinoa, oats), legumes (kacang hijau, lentil), sayur harus dimasak (tidak bisa mencerna raw veggies), telur, soy & corn, dairy, fermented foods (kombucha, pickles), nightshades (tomat, terong, paprika, cabe). Tetapi dengan berjalannya saya memperbaiki pencernaan, saya pun semakin bisa mengkonsumsi beberapa makanan yang tadinya saya “tidak cocok.” Sampai sekarang pun masih ada beberapa makanan yang saya hindari, tidak masalah!
I’m just respecting my body! Ingat, hindari memaksakan makan sesuatu yang “tidak cocok” dengan tubuh kita, apalagi kalau alasannya karena menurut socmed itu paling sehat atau karena “si anu dan si dia bisa makan makanan itu.” Makanan paling sehat di dunia pun, kalau sampai “tidak cocok” dengan tubuh kita, ya jangan dimakan toh… Mau itu sayur kale, broccoli, kembang kol, celery juice, kombucha, almond, bahkan bone broth…
Jadi kembali ke pertanyaan “saya sebaiknya makan apa?”
Jawabannya adalah untuk dasarnya kita ada panduan secara macronutrients yang perlu perlu terpenuhi dan yang “baik” apa saja (Veggie-Carb & Grain/Starchy-Carb, Protein & Fat), tetapi kita harus kembali kepada diri kita sendiri untuk mengetahui “cocok” atau “tidak cocok”nya makanan tersebut.
Start to “listen” to your body and follow its guide.
Comments